Halong Bay, Liveaboard, Unesco

Traveljunkieindonesia.com – Berkelana menjelajahi a Unesco World Heritage site where 3000 or more incredible islands rise from the emerald waters of the Gulf of Tonkin, Halong Bay. Simak catatan perjalanannya berikut.

Setelah beberapa hari keliling Vietnam selatan sampai lah kami di Hanoi, Kota super hot di ASEAN. Trip kali ini menuju Ha Long Bay dengan memakan waktu sekitar 4 jam melalui jalan darat, dari Hanoi. Hari itu hari yang cerah, kami diantar sebuah minibus penuh dengan turis asing. Pemandu kami pun sangat bersahabat dengan lawakan yang ringan dan cukup baik bahasa inggrisnya untuk vietnamese.

Perjalanan ke Ha Long Bay dijual dengan sistem paket dan banyak sekali agen travel yang menawarkannya di Hanoi, tentu dengan harga yang amat beragam. Anda harus memesannya setidaknya sehari sebelumnya. Ada paket yang hanya sehari, tanpa menginap. Ada juga paket 2 hari, 3 hari dan bahkan seminggu, menginap di sebuah pulau. Kami memesan paket 3 hari dengan memesan melalui internet, sudah termasuk ongkos naik kapal junk (kapal khas Indochina terbuat dari kayu seperti dipaparkan di film James Bond yang Tomorrow Never Dies) plus makan selama stay di junk. Minuman sayangnya harus beli dikapal, hal ini dapat disiasati dengan membawa air mineral didalam tas dan disimpan dikamar untuk persediaan selama liveaboard.

Sepanjang perjalanan dari Hanoi ke Ha Long Bay, kami disuguhi berbagai pemandangan pinggiran kota Hanoi. Rata-rata kontur tanahnya datar, mungkin karena menuju laut. Sawah padi ada tetapi tidak ekstensif. Kebanyakan ladang atau tanah luas yang belum digarap. Rumah-rumah penduduk tersusun dengan jarak yang jauh, per kluster. 1-2 jam pertama kami lalui di atas semacam highway, sebelum keluar ke jalan biasa. Minibus sempat berhenti istirahat di dua titik, yang juga difungsikan sebagai sentra buah tangan. Makanan dan minuman juga tersedia, walau tak spesial. Gedungnya pun biasa saja, besar seperti gudang.

Beberapa pegunungan kapur mulai terlihat ketika mendekati tujuan. Udara super hot di Hanoi sudah tak ada lagi. Gedung-gedung tak selesai dan trotoar yang ditumbuhi alang-alang menyambut, menyirat sebuah rencana jangka panjang yang tak kunjung selesai. Pikiran tak sempat tuntas ketika minibus yang kami tumpangi berhenti di sebuah dermaga.

Sir, madame. Two days? Come with him. Three days? You come with me.“ Setiap pelanggan paket sudah punya pemandu sendiri-sendiri, dan naik kapal yang berbeda.

Seketika kami disambut dengan kapal junk (junk boat) yang hanya menampung belasan turis alias private. Kapal ini terdiri dari 3 lantai, dek atas hanya terdapat kursi santai untuk sunbathing, dek tengah terdiri ruang penumpang dengan tempat duduk yang nyaman, yang juga berfungsi sebagai ruang makan, dan dek bawah hanya terdapat kamar-kamar penumpang yang cukup wah. Kapal berangkat tidak lama setelah kami naik.

Agenda pertama adalah makan siang. Makan siangnya cukup wah, makanan laut, sayur pelengkap dan babi. Kecuali minuman, semuanya sudah termasuk paket senilai USD100.

Ha Long Bay mirip dengan daerah selatan Thailand seperti Phang Nga di dekat pulau Phuket atau Raja Ampat Papua yang penuh dengan pulau-pulau yang terbuat dari batu gamping. Namun begitu, Raja Ampat tetap menjadi nomor satu untuk surga dunia dengan jumlah biodiversity yang sangat mengagumkan. Halong bay airnya cukup tenang dan kapalnya cukup lambat untuk membuat kita hanyut dalam lamunan, apalagi jika tidak ada kabut.

Yang membuat saya tertarik dalam trip ini adalah terjun bebas dari junk ke dasar laut yang hijau toska, berenang tak kenal arah, kayaking, membaca buku di bawah langit biru, main ke rumah suku laut, dinner romantik, dan menikmati keheningan tanpa teknologi tentunya. Apalagi ketika kita bangun tidur dan membuka jendela kamar dengan suguhan keindahan pulau-pulau kecil berbatu hijau. Amazing!

Ada beberapa perhentian di perjalanan ini, tergantung dari paket yang kita ambil. Bahkan kita bisa menginap di salah satu pulau. Paket standar adalah mengunjungi salah satu gua yang terbesar: Hang ??u G?. Di sini, kita dipandu ikut masuk menuju sistem stalaktit dan stalakmit yang beberapa di antaranya dianggap mirip dengan sosok hewan seperti kelinci, kura-kura, singa dan naga, hingga menyerupai penis dan vagina, jamur, dll.

Saya tak cukup tertarik dengan gua – yang lebih membuat saya datang adalah enjoying majestic and mysterious, inspiring and imperious, a Unesco World Heritage site where 3000 or more incredible islands rise from the emerald waters of the Gulf of Tonkin. Kapal melaju tenang. Tak ada musik, tak ada keributan. Seketika, semua orang yang ada di kapal pun menikmati keheningan yang luar biasa. Lamunan pun hanya bisa dihentikan dengan menyadari kapal sedang melewati pulau berbentuk seperti apa yg terimaginasikannya.

Perjalanan pulang kami ditemani langit yang mulai meredup menjelang senja, suhu tetap super hot dan pakaian kurang sopan tetap melekat pada kulit kami. Trip kami selanjutnya adalah kembali ke Vietnam selatan untuk menghabiskan mata uang dong yang masih menebal hehe…

Follow us on Twitter @TravelJunkieID