Traveljunkieindonesia.com – Terkait blog posting sebelumnya 5 Reasons to Visit Nias Island dan Babae: Traditional food from Bawömataluo. Blog posting kali ini adalah artikel yang diambil dari majalah National Geographic Indonesia edisi bulan Januari 2012. Yang pasti Travel Junkie Indonesia sangat senang karena turut membantu mempromosikan pariwisata pulau Nias melalui “Sony Photo Trip 2011 : Nias Cultural Passage Bersama Sony a77”. Dan, berikut artikelnya:
oOo
Pariwara Khusus
Sony Photo Trip 2011 : Nias Cultural Passage Bersama Sony a77
Sinar mentari pagi menyeruak dari balik mendung yang mulai berarak pergi, bak menyambut kedatangan rombongan sembilan fotografer profesional di desa adat Bawomataluo, Pulau Nias, Sumatra Utara. Di antara mereka terdapat I Nyoman Haryadi Wijaya (Denpasar) dan Hasan Tribuana (Palembang) yang memenangi Sony Photo Contest 2011, acara dari National Geographic Indonesia bersama PT. Sony Indonesia. Mereka mendapat kesempatan menjelajahi Tano Niha atau tanah Nias dalam kegiatan Sony Photo Trip bertajuk “Nias Cultural Passage” dan mendapat kesempatan mendokumentasikannya dengan Sony a77. Sebuah kamera tercepat di dunia saat ini, berkecepatan rekam mencapai 12 foto per detik, didukung sistem auto fokus phase-detection.
“Mantap! Ya’ahowu, selamat datang!” sapa Hikayat Manao, pemilik sanggar tari sekaligus pemimpin Tari Perang yang menyilakan rombongan masuk ke rumah adat berusia ratusan tahun. Sinar matahari menerobos masuk dan menerangi sebagian tubuhnya, membuat para fotografer beraksi cepat dengan Sony a77 untuk menangkap momentum indah itu. Mereka menaikkan ISO dan tidak khawatir terjadi noise meski pemotretan dalam ruangan mengandalkan pantulan cahaya matahari semata. Sensor Exmor APS HD CMOS dengan 24,3 megapiksel menawarkan ragam sensitivitas ISO dari 100 – 16.000 dan kecepatan rana hingga 1/8000 detik. Fitur SteadyShot membuat fotografer menjadi lebih percaya
diri saat menggunakan kecepatan rana lambat.
Di halaman depan Omo Hada atau rumah adat terbesar yang terletak di pusat desa dimeriahkan penduduk berbusana adat paduan warna merah, hitam, dan kuning. Fotografer Barry Kusuma mengabadikannya dengan fitur panorama yang otomatis diolah di kamera. Fitur sweep panorama ini tersedia dalam 2 Dimensi dan 3 Dimensi. Juga tersedia scene selection dan creative style setting, 15 pilihan picture effect yang semakin memantik ide fotografer dalam berkreasi. Picture effect di antaranya posterization (color dan B/W), Pop Colour, Retro Photo, High Contrast Monochrome, Toy Camera, Soft High-Key dan HDR Painting.
Lompat batu, atraksi paling terkenal di Nias dilakukan oleh delapan pelompat dan kegiatan ini menjadi kebanggaan setiap pemuda desa bila sanggup melompatinya. Sri Sadono, fotografer pengulas kamera keluaran terbaru memotret aksi ini dengan memanfaatkan LCD 3-way adjustable. Pelompat batu terabadikan gagah dari low-angle yang hampir sama
rendah dengan permukaan tanah. Ia tak perlu repot tiduran di tanah namun cukup mengatur LCD Sony a77 yang menyajikan gambar dalam resolusi tinggi hingga 921,600 dot dengan TruBlack Technology.
Perjalanan berlanjut ke Pantai Sorake, juga Desa Hiliamaetaniha serta peninggalan megalit di Desa Tetegewo. Para fotografer tak perlu khawatir dengan ketahanan Sony a77, karena memiliki tingkat resistensi debu dan kelembapan sangat baik, terdapat sekat di sekitar tombol utama, juga struktur lapis ganda yang efektif menyekat seluruh bukaan badan kamera, termasuk kompartemen media dan terminal.
Nias Cultural Passage diakhiri santap malam di Miga Beach Hotel dan disemarakkan penari api. Berbagai kisah menarik akan performa dan teknologi baru Sony a77 dipaparkan para fotografer pada kesempatan ini.
oOo
Happy Green Travels!
Follow us on Twitter @TravelJunkieID & like us on Facebook.